- Harga minyak cenderung naik karena sentimen pemotongan pasokan oleh eksportir utama Arab Saudi dan Rusia
- Namun prospek ekonomi global yang lemah menahan rally minyak
- Suku bunga di AS dan Eropa diperkirakan akan naik lebih lanjut juga menahan kenaikkan harga minyak lebih lanjut
Harga minyak naik karena pasar mempertimbangkan pengurangan pasokan oleh eksportir utama Arab Saudi dan Rusia terhadap prospek ekonomi global yang lemah.
Arab Saudi mengatakan akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bpd) hingga Agustus sementara Rusia dan Aljazair secara sukarela menurunkan tingkat produksi dan ekspor Agustus masing-masing sebesar 500.000 bpd dan 20.000 bpd.
Jika diterapkan sepenuhnya, itu akan menghasilkan pengurangan gabungan sebesar 5,36 juta barel per hari mulai Agustus 2022 bahkan mungkin lebih karena beberapa negara dalam kelompok produsen OPEC+ tidak dapat memenuhi kuota produksi mereka, kata analis PVM Tamas Varga.
Pemotongan total sekarang mencapai lebih dari 5 juta barel per hari, atau 5% dari produksi minyak global.
Survei bisnis menunjukkan penurunan aktivitas pabrik global karena permintaan yang lesu di China dan Eropa, dan manufaktur AS juga turun lebih jauh pada bulan Juni ke level yang terakhir tercatat pada gelombang pertama pandemi COVID-19.
Ketidakpastian yang lebih luas ini kemungkinan akan membayangi upaya OPEC+ untuk memperketat pasokan, kata beberapa analis.
Bahkan sebelum pengumuman pemotongan terbaru, data Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan pasar minyak akan menunjukkan defisit pasokan sekitar 2 juta barel per hari pada kuartal ketiga dan keempat, kata analis Commerzbank.
Harga minyak tidak melonjak signifikan karena berita tersebut, sebagian besar karena kekhawatiran permintaan akibat pemulihan ekonomi China yang lamban setelah pencabutan pembatasan pandemi. Sementara itu, suku bunga di AS dan Eropa diperkirakan akan naik lebih lanjut untuk mengatasi inflasi yang terus-menerus tinggi, juga membebani pasar.